PNF (PROPRIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION)
PNF adalah fasilitasi pada system neuromuskuler dengan merangsang propioseptif. PNF terdiriatas dasar konsep, bahwa kehidupan ini adalah sederetan reaksi atas sederetan rangsangan-rangsangan yang diterimanya. Manusia dengan cara yang demikian akan dapat mencapai bermacam-macam kemampuan motorik. Bila ada gangguan terhadap mekanisme neuromuskuler tersebut berarti seseorang tidak dalam kondisi untuk siap bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang akan datang sehingga dia tidak mampu untuk bereaksi ke arah yang tepat seperti yang dia kehendaki. Metode ini berusaha memberikan rangsangan-rangsanga yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi.
Arti facilitation adalah membuat lebih mudah/ kemudahan. Sehingga kita dapat memberikan tindakan dengan efisien dengan selalu memperhatikan ketepatan dan fungsi gerakan yang dilakukan pasien. Propioceptive, dengan metode PNF akan semakin diperkuat dan diintensifkan rangsangan-rangsangan
spesifik melalui reseptor sendi (propioseptif). Neuromuscular, juga meningkatkan respons dari system neuromuskuler. Lewat rangsangan-rangsangan tadi kita berusaha untuk mengkaktifkan kembali mekanisme latent dan cadangan- cadangannya dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan ADL.
1. Prinsip Dasar Metode PNF
a. Ilmu Dasar Tumbuh Kembang Perkembangan motorik berkembang dari kranial ke kaudal dan dari
proksimal ke distal (Gessel). Gerakan terkoordinasi (dewasa) berlangsung dari distal ke proksimal. Gerakan sebelumnya didahului dengan kontrol sikap (stabilisasi), dimana stabilisasi akan menentukan kualitas dari gerakan. Refleks- refleks mendominasi fungsi motorik dewasa dipengaruhi oleh refleks-refleks sikap. Perkembangan motorik dapat distimulasi oleh stress, dan tahanan, rangsangan-rangsangan dengan sensoris, auditif, visual. Menurut Pavlov, stimulasi yang berulang-ulang terhadap refleks-refleks akan menambah patron- patron gerakan atau dengan kata lain, refleks-refleks primitif membuka jalan ke arah sikap dan gerakan –gerakan yang terkoordinasi.
Evolusi perkembangan motorik adalah dari pola gerakan masal ke arah gerakan individual. Perkembangan motorik berjalan sesuai dengan proses kedewasaan (maturatie process) mulai dari rolling, merayap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, naik trap, lari, lompat, jinjit, dan melompat. Metode PNF selalu mempehatikan dan memperhitungkan proses tersebut. Pendekatan PNF mengacu ke refleks-refleks atau sikap-sikap primitif. b. Prinsip Neurofisiologis
Overflow principle ; motoris impuls dapat diperkuat oleh motoris impuls yang lain dari group otot yang lebih kuat yang dalam waktu bersamaan berkontraksi, dimana otot-otot tersebut mempunyai fungsi yang sama (otot-otot sinergis). Overflow principle ini menimbulkan apa yang disebut iradiasi. Rangsang saraf motoris mempunyai nilai ambang rangsang tertentu (semuanya atau tidak sama sekali). Innervatie reciprocal ; aktifitas refleks kontraksi otot agonis akan membuat relaks antagonisnya. Inductie successive (Sherington) ; agonis akan terfasillitasi ketika antagonisnya berkontraksi atau agonisnya berkontraksi atau agonis akan lebih mudah berkontraksi apabila sebelumnya dilakukan kontraksi pada antagonisnya. Semakin kuat kontraksi antagonis semakinkuatefekfasilitasinya.
Teknik PNF
PNF atau “Proprioceptive Neuromuscular Facilitation” merupakan
metode gerakan kompleks. PNF berarti bahwa peningkatan dan fasilitasi
neuromuscular dengan sendirinya, sehingga memerlukan blocking yang
berlawanan. Dalam proses ini, reaksi mekanisme neuromuscular
dimanfaatkan, difasilitasi, dan dipercepat melalui stimulasi
reseptor-reseptor. Penggunaan gerakan kompleks berdasarkan pada
prinsip-prinsip stimulasi organ neuromuscular dengan bantuan tambahan
dari seluruh gerakan. Reseptor-reseptor dalam otot dan sendi merupakan
elemen penting dalam stimulasi sistem motorik.
PRINSIP-PRINSIP DASAR TEKNIK PNF
Berikut
ini adalah prinsip-prinsip dasar yang dapat meningkatkan reaksi yang
diinginkan dan digunakan untuk mencapai fungsi yang optimal.
Teknik Menggenggam
Secara
tepat dapat dihitung dan diaplikasikan teknik menggenggam dari terapis
untuk menentukan strength (kekuatan) gerakan kompleks yang dihasilkan.
Stimulasi verbal dan visual
Secara
sederhana, instruksi yang jelas dapat mengurangi kerja terapis. Pasien
harus melihat dan berpartisipasi melakukan gerakan yang dicontohkan
terapis.
Kompresi dan Traksi
Kompresi
menyebabkan permukaan sendi saling merapat, traksi dapat menggerakkan
permukaan sendi saling menjauhi. Reseptor-reseptor akan terangsang.
Traksi dapat memfasilitasi gerakan pada sistem otot ; kompresi dapat
meningkatkan stabilitas.
Tahanan maksimal
Hukum
“all or nothing” dalam kontraksi otot terlibat dalam teknik ini.
Tahanan isometrik dan/atau isotonik dapat digunakan dalam teknik ini.
Tahanan yang maksimal ditentukan oleh strength (kekuatan) otot dari
setiap pasien.
Rangkaian Aksi Otot yang tepat
Ketika
otot berkontraksi dalam suatu rangkaian yang tepat, maka group otot
yang tegang akan mengatasi tuntutan yang terjadi dengan optimal
efektifitas. Waktu yang tepat dapat berperan penting baik pada gerakan
kompleks maupun pada olahraga.
Ada 3 komponen gerakan yang mengambil bagian dari setiap pola gerak spiral dan diagonal :
Fleksi atau ekstensi
Adduksi atau abduksi
Eksternal atau internal rotasi
Eksternal
rotasi digunakan dalam kombinasi dengan supinasi, dan internal rotasi
digunakan kombinasi dengan pronasi. Variasi teknik gerakan kompleks
dapat memperbaiki implementasi dan efektifitas sistem muskuloskeletal.
Urutan gerakan pada olahraga spesifik dapat dikombinasikan dengan
gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak memukul pada handball atau
menembak bola pada sepakbola.
Tahanan langsung
Hal ini melibatkan tahanan optimal untuk seluruh durasi gerakan; tahanan ini bergantung pada gerakan alamiah yang beragam.
Kontraksi yang berulang
Kontraksi
statik dan dinamik terlibat secara bergantian. Strength (kekuatan) otot
diperbaiki, khususnya pada area genggaman tahanan, ROM, dan endurance
(daya tahan).
Teknik yang Digunakan Dalam PNF
a. Rhythmical Initiation
Teknik yang dipakai untuk agonis yang menggunakan gerakan-gerakan pasif, aktif, dan dengan tahanan.
Caranya ;
•
terapis melakukan gerakan pasif, kemudian pasien melakukan gerakan
aktif seperti gerakan pasif yang dilakukan terapis, gerakan selanjutnya
diberikan tahanan, baik agonis maupun antagonis patron dapat dilakukan
dalam waktu yang tidak sama
Indikasi ;
•
problem permulaan gerak yang sakit karena rigiditas, spasme yang berat
atau ataxia, ritme gerak yang lambat, dan keterbatasan mobilisasi.
b. Repeated Contraction
Suatu
teknik dimana gerakan isotonic untuk otot-otot agonis, yang setelah
sebagian gerakan dilakukan restretch kontraksi diperkuat.
Caranya ;
•
Pasien bergerak pada arah diagonal, pada waktu gerakan dimana kekuatan
mulai turun, terapis membeikan restretch, pasien memberikan reaksi
terhadap restretch dengan mempertinggi kontraksi, terapis memberikan
tahanan pada reaksi kontraksi yang meninggi., kontraksi otot tidak
pernah berhenti, dalam satu gerakan diagonal restretch diberikan
maksimal empat kali.
Skema repeated contraction (by. Yulianto Wahyono, Dipl. PT)
c. Stretch reflex
Bentuk gerakan yang mempunyai efek fasilitasi terhadap otot-otot yang terulur.
Caranya ;
•
Panjangkan posisi badan (ini hanya dapat dicapai dalam bentuk patron),
tarik pelan-pela kemudian tarik dengan cepat (tiga arah gerak) dan
bangunkan stretch reflex, kemudian langsung berikan tahanan setelah
terjadi stretch reflex, gerakan selanjutnya diteruskan dengan tahanan
yang optimal, berdasarkan aba-aba pada waktu yang tepat.
d. Combination of isotonics
Konbinasi
kontraksi dari gerak isotonic antara konsentris dan eksentris dari
agonis patron (tanpa kontraksi berhenti) dengan pelan-pelan.
e. Timing for Emphasis
bentuk gerakan dimana bagian yang lemah dari gerakan mendapat ekstra stimulasi bagian yang lebih kuat.
Caranya ; pada suatu patron gerak, bagian yang kuat ditahan dan bagian yang lemah dibirkan bergerak.
f. Hold relax
Suatu
teknik dimana kontraksi isometris mempengaruhi otot antagonis yang
mengalami pemendekan, yang akan diikuti dengan hilang atau kurangnya
ketegangan dari otot-otot tersebut.
Caranya ;
- Gerakan dalam patron pasif atau aktif dari group agonis sampai pada batas gerak atau sampai timbul rasa sakit,
- Terapis memberikan penambahan tahanan pelan-pelan pada antagonis patron, pasien harus menahan tanpa membuat gerakan. Aba-aba =” tahan di sini !”
- Relaks sejenak pada patron antagonis, tunggu sampai timbul relaksasi pada group agonis, gerak pasif atau aktif pada agonis patron, ulangi prosedur diatas, penambahan gerak patron agonis, berarti menambah LGS.
g. Contract relax
Suatu teknik dimana kontraksi isotonic secara optimal pada otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan.
Caranya ;
- Gerakan pasif atau aktif pada patron gerak agonis sampai batas gerak.
- Pasien diminta mengkontraksikan secara isotonic dari otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan. Aba-aba =”tarik !” atau “dorong !”
- Tambah lingkut gerak sendi pada tiga arah gerakan, tetap diam dekat posisi batas dari gerakan, pasien diminta untuk relaks pada antagonis patron sampai betul-betul timbul relaksasi tersebut, gerak patron agonis secara pasif atau aktif, ulangi prosedur diatas, dengan perbesar gerak patron agonis dengan menambah LGS.
h. Slow Reversal
Teknik dimana kontraksi isotonic dilakukan bergantian antara agonis dan antagonis tanpa terjadi pengendoran otot.Caranya ;
- Gerakan dimulai dari yang mempunyai gerak patron yang kuat
- Gerakan berganti ke arah patron gerak yang lemah tanpa pengendoran otot
- Sewaktu berganti ke arah patron gerakan yang kuat tahanan atau luas gerak sendi ditambah.
- Teknik ini berhenti pada patron gerak yang lebih lemah
- Aba-aba di sini sangat penting untuk memperjelas ke arah mana pasien harus gbergerak. Aba-aba “dan … tarik !” atau “dan dorong !”
- Teknik ini dapat dilakukan dengan cepat.
- Tidak semua teknik PNF dapat diterapkan pada penderita stroke. Teknik-teknik yang dapat digunakan adalah ; rhythmical initiation, timing for emphasis, contract relaz dan slow reversal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar