Fase belajar motorik adalah suatu fase yang manggambarkan keadaan penguasaan keterampilan motorik seseorang dalam dalam melaksanakan gerakan-gerakan olah raga.
Kemampuan
seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olah
raga berbeda-beda,yang disebabkan oleh antara lain :
- Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki
- Perbedaan usia
- Perbedaan pengalaman gerakan
- Perbedaan jenis kelamin
- Perbedaan kognitif,
- Frekwensi latihan dan sebagainya
Pembagian
fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia,melainkan
pada tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan
keterampilan-keterampilan motorik olahraga dalam melaksanakan
gerakan-gerakan.
Ciri-ciri umum kemampuan fase belajar motorik tingkat pertama
Ciri-ciri
umum fase belajar motorik tingkat pertama adalah penguasaan kemampuan
motorik dalam bentuk kasar,seseorang yang berada pada fase ini hanya
mampu melaksanakan gerakan-gerakan yang dituntut bila situasi dan
kondisi mendukung.
Ciri-ciri khusus atau yang banyak dilihat.
· Struktur dasar gerakan tersebut diperlihatkan dalam bentuk yang kasar.
· Irama gerakan :
Kesalahan dalam irama gerakan disebabkan oleh:
1. Individu yang belajar belum memiliki pengalaman dan simpanan
2. Belum dapat mengatur dan mengimpulskan tenaga sesuai dengan kebutuhan otot-otot yng bekerja.
· Hubungan gerakan
Hubungan
gerakan dari bagian-bagian grerakan dari satu anggota tubuh ke anggota
tubuh yang lain masih belum terkoordinir dengan baik.
· Luas gerakan
Disebabkan
karana kemampuan koordinasinya yang memang masih belum terbentuk,dengan
demikian prinsip efisiensi dan efektefitas baik dari segi tenaga,waktu
dan ruangan yang terpakai belum dapat direalisasikan.
· Kelancaran gerakan /aliran gerakan
Aliran
gerakan yang ditampilkan masih belum lancar,yaitu masih
tersendat-sendat.kurangnya kecepatan dan percepatan tersebut disebabkan
karena pengaruh impuls/tenaga yang diberikan.
· Kecepatan gerakan
Belum memiliki kecepatan gerakan yang baik yaitu masih bersifat lamban dan kaku.
· Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Kekonstanan
gerakan yang dimiliki oleh individu yang berada pada fase tingkat
pertama ini boleh dikatakan tidak ada karenakemampuan yang dimiliki
belum stabil atau belum dapat diukur.
· Bayangan gerakan
Bayangan gerakan yang berhasil dibangun oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama masih kurang lengkap
· Program gerakan
Artinya
program gerakan baru memuat komponen-komponen gerakan yang bersifat
umum atau yang penting-penting sajadan belum terperinci.
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat pertama.
Ciri-ciri pada fase belajar tingkat pertama dapat dilihat pada aspek penerimaan dan pengolahan informasi.
Dalam
pelaksanaan aksi-aksi motorik atau gerakan-gerakan olahraga ada 5 indra
penerima informasi yaitu : visual (penglihatan), akustik (penalaran),
taktil (kulit), kinestik (otot), dan vetibular (alat keseimbangan).
Kelima
indra itu tidak hanya berperan dalam penerimaan informasi tetapi juga
berperan dalam penerimaan feedback,yaitu tentang gerakan yang sedang
berlansung.
Berdasarkan
feedback ini dapat dilakukan pengendalian dan pengaturan-pengaturan
gerakan-gerakan yang sedang dilakukan misalnya:pengaturan tentang
impuls-impuls kekuatan,penmgaturan,dan pengendalian arahgerakan.
Implikasi ciri-ciri fase belajar motorik tingkat pertama ke dalam proses pembelajaran
peran guru pendidikan jasmani sangat lah menentukan pada keberkasilan peserta didik dalam melakukan gerakan yang diajarkan.
FASE BELAJAR KETERAMPILAN MOTORIK OLAHRAGA TINGKAT KE DUA
Perkembangan
proses belajar pada fase ini datandai oleh beberapa kemajuan dan
diwarnai oleh beberapa permasalahan.kemajuan-kemajuan yang diproleh
antara lain dapat dilihat dari semakin meningkatnya kualitas gerakan.
Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat kedua
Struktur dasar gerakan
Irama gerakan
Hubungan gerakan
Luas gerakan
Kelancaran gerakan
Kecepatan gerakan
Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Bayangan dan program gerakan
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat kedua
Dalam belajar motorik ada lima indera penerima informasi antara lain :
- Mata ( Visueller Analisator )
- Kulit ( Taktiler Analisator )
- Otot-otot ( Kinesthetischer Analisator )
- Telinga ( Akusticher Analisator )
- Alat keseimbangan yang terletak pada bagian dalam telinga ( Statico dynamisator )
Kelima indera penerima informasi tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu :
- Alat penerima informasi dari luar
Yaitu informasi yang datang dari luar atau dari lingkungan sipelaku gerakan itu sendiri. Diantaranya : mata, telinga dan kulit.
- Alat penerima informasi dari bagian dalam
Yaitu
informasi yang berasal dari dalam diri sipelaku gerakan itu sendiri
tentang jalannya gerakan baik yang sedang berlangsung. Diantaranya :
otot-otot dan staticodynamisator.
Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat kedua dan implikasinya kedalam proses pembelajaran
Fase belajar tingkat kedua menuntut aktifitas belajar yang tinggi,untuk dapat melaksanakannya dibutuhkan persiapan-persiapan yang tinggi dari peserta didik.kesiapan yang dimaksud antaralain:
- Kesiapan dalam melakukan pengulangan-pengulangan latihan
- Kesiapan dalam menerima beban kerja fisik
- Kesiapan untuk berkonsentrasi penuh
- Serta kesiapan untuk turut aktif dalam proses berfikir
.Jadi
tugas utama dari guru pendidikan jasmani dalam hal ini adalah melakukan
analisis kesalahan-kasalahan gerakan yang terjadi pada setiap fase
gerakan.sehingga peserta didik akan selalu melakukan pengendalian dan
pengaturan kembali penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama gerakan
itu berlansung.
FASE BELAJAR KETERAMPILAN MOTORIK
Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat ketiga
Ciri-ciri umum fase belajar tingkat ketiga dapat digambarkan sebagai berikut:
Kemampuan
prestasi seseorang yang berada pada fase belajar tingkat ketiga lebih
stabil,dan kestabilan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan
konstan,walaupun dibawah situasi dan kondisi tempat palaksanaan gerakan
yang dipersulit.
Peningkatan yang terjadi dalam berbagai aspek antaralain :
· Perbaikan dalam mengantisipasi suatu situasi dan kondisi
· Perbaikan
peran analisator kinentetik,sehingga dapat mengendalikan dan mengatur
impuls-impuls tenaga pasa otot-otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan
· Perbaikan peran dan fungsi nindra penerima informasi
· Perbaikan-perbaikan dalam pengolahaninformasi yang diterima.
Ciri
umum berikutnya pada fase belajar tingkat ketiga kestabilan prestasi
atau unjuk kerja,individu yang berada pada fase ini mampu melakukan
gerakan-gerakan yang sama secara berulang-ulang,sedangkan kualitas
gerakan yang ditampilkan pada setiap kali pengulangan cukup konstan.
Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat ketiga
Terbentuknya kemampuan automatisasi
Bayangan dan konstruksi bayangan gerakan
Irama gerakan
Pada
fase belajar tingkat ketiga ini pelaksanan gerakan terlihat semakin
mulus dan lancar,sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan cukup efesien
dan efektif baik dalam hal pemakaian ruangan,maupun waktu dan tenaga.
Kecepatan gerakan
Keistimewaan
khusus yang dimiliki pada fese belajar tingkat ketiga adalah
kemampuannya untuk memanipulasi bentuk-bentuk gerakan.kemampuan untuk
melakukan gerak tipu yang tepat hanya dapat dilakukan oleh individu yang
memiliki kemampuan antisipasi situasi dan kondisi yang akurat.
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat ketiga
Ciri-ciri
khusus kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi individu yang
berada pada fase belajar tingkat ketiga adalah semakin meningkatnya
peran dan fungsi analisator informasi kinestetik(otot).
Ciri-ciri
lain dari kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar
tingkat ketiga ditandai dengan semakin meningkatnya peran dan fungsi
serta kepekaan alat-alat analisator yang lain seperti: mata, kulit,
telinga (staticodynamisator), maka individu yang berada fase ini dapat
menerima umpan balik secara lebih banyak dan rinci tentang jalannya
suatu gerakan baik yang sedang berlansung,maupun yang baru selesai
dilaksanakan.
Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat ketiga dan implikasinya kedalam proses pembelajaran
Fase belajar tingkat ketiga merupakan suatu fase untuk menstabilkan kemampuan koordinasi halus yang telah dikuasai.
Bentuk
latihan lain yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk
peserta didik yang berada pada fase ini adalah latihan dalam bentuk
mental-traning.
Latihan-latihan mental akan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan:
· Kemampuan mengantisipasi perubahan situasi yang akan terjadi dan efek dari perubahan tersebut
· Kemampuan ketetapan gerakan
· Kemampuan melaksanakan gerakan secara ekonomis,baik dari segi waktu,tenaga,maupun
ruangan yang dipakai
· Kemampuam ketetapan pengambilan keputusan
KOORDINASI GERAK
koordinasi gerak dilihat sebagai pengatur terhadap proses-proses motorik terutama terhadap kerja otot-otot yang diatur melalui sistem persyarafan atau disebut dangan intra muskulare koordination.
Koordinasi
gerak meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam
suatu pelaksanaan gerakan.pengkoordinasian tersebut diatur sedemikian
rupa oleh sistem persyarafan.
Yang
diatur disini adalah :penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan
kecepatan yang dibutuhkan oleh otot dalam pelaksanaan gerak sesuai
dangan kebutuhan setiap bagian gerak.
Struktur dasar gerakan
Kata
struktur diartikan secara sederhana sebagai suatu susunan tertentu maka
struktur garak dapat diartikan sebagai strukur gerakan.atau dapat
diterjemahkan sebagai susunan dasar dari suatu gerakan atau susunan yang
selalu ada dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Irama gerakan
Iram
gerak adalah ciri-ciri yang menggambarkan ketepatan antara pelaksanaan
bagian-bagian gerak dengan dimensi ruang dan waktu yang digunakan atau
yang diperlukan pada setiap gerakan.
Untuk
mendapatkan kemampuan irama gerakan yang baik,pada dasarnya harus
dalakukan latihan-latihan secara berulang-ulang terhadap bentuk-bentuk
gerakan yang sama
Hubungan gerakan
Hubungan gerakan adalah:suatui proses transfer impuls
tenaga dari suatu bagian tubuh yang lain atau proses transfer impuls
dari suatu alat gerak ke alat gerak lain.sehingga terjadi hubungan
gerakan.
Indikator yang dapat diamati dari hubungan gerakan yang tidak sempurna adalah :
- Terjadinya kelebihan gerakan yang tidak diperlukan yang mengakibatkan terganggunya transfer impuls tenaga untuk gerakan
- Kelebihan gerakan tersebut diakibatkan olehimpuls tenaga yang diberikan terlalu besar dari yang dibutuhkan.
- Luas gerakan
Luas gerakan adalah : luasnya ruangan atau lintasan yang terpakai dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Indikator-indikator yang dapat diamati untuk mengetahui kesalahan luas gerakan antara lain :
- Pemakaian luas gerakan untuk pelaksanaan suatu gerakan tidak stabil
- Frekwensi gerakan yang terlalu rendah dapat disebabkan karena ruangan yang terpakai untuk pelaksanaan suatu gerakan terlalu luas,sehinggawaktu yang dibutuhkan juga berlebih dari yang semestinya
- Frekwensi gerakan yang terlalu tinggi misalnya dalam berlari atau berenang dapat disebabkan oleh ruangan yang terpakai terlalu sempit
- Irama gerakan tidak konstan
Kelancaran gerakan
Penyebab
kesalahan gerakan atau tidak lancarnya gerakan adalah : kemampuan
kondisi (kekuatan,kecepatan,dan daya tahan)dan kemampuan koordinasi yang
masih kurang,serta ketidak lengkapan,ketidak mengertian individu
terhadap informasi tentang gerakan yang harus dalaksanakan.
Kelancaran gerakan atau aliran gerakan adalah suatu ciri-ciri yang menggambarkan kontinuitas dari jalannya suatu gerakan.
Untuk dapat melihat kelancaran gerakan,indikator yang dapat diamati adalah :
· Kontinuitas jalannya gerakan
· Kecepatan atau percepatan gerakan (terlalu cepat atau terlalu lambat)
Kecepatan gerakan
Dalam
pelaksanan suatu gerakan,kecepatan merupakan salahsatu ciri-ciri
koordinasi gerakan yang perlumendapatkan perhatian,hal ini disebabkan
karena kecepatan sangat menentukan hasil yang ingin dicapai.
Untuk
dapat memanfaatkan kecepatan gerakan secara optimal memang sangat
dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti : kemampuan mengantisipasi
gerakan,kelancaran gerakan dan hubungan gerakan.
Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Ketepatan dan kekonstanan gerakan sangat menentukan sekali terhadap hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan gerakan.
Ketepatan
gerakan dalam artian proses adalah : ketepatan jalannya suatu rangkaian
gerakan baik dilihat dari struktur dalam gerakan maupun dilihat dari
sistematika gerakan.
Sedangkan ketetapan produk adalah : suatu hasil yang diperoleh dari aktivfitas atau gerakn.
Menurut
MEINEL (1977,HAL 180) mengartikan ketepatan gerakan sebagai ketepatan
atau kesatuan antara perencanaan gerakan dengan hasil yang diperoleh.
Pengertiannya adalah bahwa setiap pelaksanaan gerakan selalu didahului
oleh suatu gerakan yang direncanakan pada pusat susunan syaraf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar